Terinspirasi dari Waldorf Astoria New York, desain ini merangkum semangat dan suasana khas hotel legendaris tersebut. Menekankan narasi sensorik dengan skala monumental, kemegahan, kedalaman atmosfer, dan eksklusivitas, proyek ini menghadirkan klub pribadi yang memantulkan kemewahan hotel bintang lima. Ruang ini melampaui fungsi, menjadi simbol identitas dan status sosial, sekaligus tetap berfungsi sebagai tempat praktis untuk pertemuan eksklusif kelas atas. Ia berdiri sebagai destinasi utama bagi interaksi sosial kalangan elit, tempat di mana keramahtamahan yang berkelas dan jejaring yang terkurasi berpadu dengan harmonis.

Arsitek meyakini bahwa ruang-ruang abadi yang melampaui waktu adalah warisan estetika yang terasah melalui perjalanan sejarah. Pertanyaan tentang bagaimana mewarisi dan mengangkat nilai-nilai tersebut menjadi bentuk baru merupakan wujud lain dari estetika kontemporer. Dengan merujuk pada hotel tersebut, arsitek terinspirasi oleh relevansi klasiknya yang abadi. Desainnya mewujudkan nilai spasial yang tertahan, mendalam, dan penuh resonansi.

Selain itu, estetika spasial klasik menekankan proporsi, simetri, dan perhatian cermat terhadap detail. Logika desain ini menghasilkan pengalaman visual stabil dan harmonis, memberikan ruang nuansa keagungan dan rasa sakral yang khas. Di tengah era perubahan serba cepat, mempertahankan bahasa estetika abadi, menjadi bentuk komitmen terhadap kualitas hidup dan penghormatan terhadap cita rasa tinggi. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya ruang dengan kedalaman budaya, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki secara emosional dan resonansi spiritual bagi penghuninya.

Dalam lanskap desain masa kini yang dipenuhi estetika modern yang seragam, penerapan teknik desain spasial klasik dan warisan estetikanya menjadi sarana diferensiasi. Pertama, desain klasik menonjolkan proporsi, ritme, dan detail. Bahasa estetika yang telah ditempa waktu, yang membedakannya dari ornamen modern dangkal, menghadirkan tekstur dan kedalaman. Kedua, desain klasik mengutamakan spiritualitas ruang dan ekspresi budaya. Ia memberikan daya naratif serta karakter khas, menjadikan ruang sebagai wadah cerita dan kenangan, bukan sekadar tempat fisik.

Dalam lanskap desain masa kini yang dipenuhi estetika modern yang seragam, penerapan teknik desain spasial klasik dan warisan estetikanya menjadi sarana diferensiasi. Pertama, desain klasik menonjolkan proporsi, ritme, dan detail. Bahasa estetika yang telah ditempa waktu, yang membedakannya dari ornamen modern dangkal, menghadirkan tekstur dan kedalaman. Kedua, desain klasik mengutamakan spiritualitas ruang dan ekspresi budaya. Ia memberikan daya naratif serta karakter khas, menjadikan ruang sebagai wadah cerita dan kenangan, bukan sekadar tempat fisik.

Ruang ini mengusung nuansa klasik yang khidmat, dengan tata letak keseluruhan yang mengedepankan keindahan simetri dan keteraturan. Langit-langitnya menampilkan elemen jendela mawar bergaya gereja, di mana cahaya dan bayangan menembus melalui pola rumit, menciptakan suasana sakral dan tenang. Desain ini melambangkan iman dan keabadian, mengangkat dimensi spiritual dari lingkungan sekitarnya.

Ekspresi mode dan kreativitas dalam ruang ini menjadikannya kanvas bagi koleksi seni yang terkurasi. Aula pameran mode tiga lantai ini mencakup lobi penerimaan dan lounge bar di lantai pertama, pusat penjualan di lantai kedua, serta ruang makan pribadi bergaya retro di lantai ketiga. Koleksi karya seni disusun dalam serangkaian “adegan” yang ditempatkan dengan cermat di seluruh ruang untuk berpadu harmonis dengan setiap karya, menciptakan tableau multidimensi bagi aula pameran mewah yang dipenuhi seni.

Dalam penciptaan karya seni, arsitek terinspirasi dari motif klasik, menggunakan kulit kerang alami (mother-of-pearl) sebagai material utama yang disematkan pada kabinet seni khusus. Integrasi pola klasik Prancis Toile de Jouy menghasilkan efek halus menyerupai sketsa, memastikan setiap detail tampil unik. Pendekatan ini mencerminkan filosofi kehidupan mewah yang luhur dan membangun ranah spiritual tersendiri. Di area bar, karya seni Riding Dreams memadukan estetika klasik dan modern. Penggambaran puitis kepala kuda melambangkan martabat dan mengundang renungan, sementara kemurnian dan ketenangannya menghadirkan resonansi batin.

Di lobi lift klub, arsitek merancang koridor seni dengan karya kristal platinum yang berkilauan abadi. Mural lukis tangan Flow of Water and Time menggambarkan gerakan cair yang dinamis, membentuk kontras dengan patung “wadah” yang statis, menghadirkan keanggunan abadi bagi para kolektor seni. Melalui material dan intervensi artistik yang unik ini, lobi lift memancarkan keanggunan artistik dan daya tarik kontemporer.
Di pusat penjualan lantai dua, berdiri patung jaring logam suci di samping meja maket, dengan bahasa arsitektur klasik dan bentuk spasial surealis yang menceritakan dialog antara seni dan dunia. Dari balik instalasi jaring logam tersebut, tampak piano kristal otomatis, transparan, beresonansi dengan melodi lembut yang mewakili keindahan dan kemewahan sejati. Seperti karya seni yang berlabuh di ruang, piano ini menyatukan musik, seni, dan teknologi dalam pengalaman artistik yang imersif dan menakjubkan. Piano ini berdenyut selaras dengan ritme dan intensitas nada, tubuh kristalnya yang berkilau berpadu dengan cahaya berpendar, menciptakan suasana keanggunan yang etereal, tenang, dan memesona.
See more images in the gallery below
Project name: Mansion of Value
Client: Chengdu Yuchuang Real Estate Co., Ltd.
Location: Chengdu, Sichuan Province, China
Desain: Matrix Design
Furnishing: Matrix Mingcui
Photographer: Shi Xiang Wan He
Design Area: 4000㎡
