Museum merupakan tempat yang memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai tempat penyimpanan barang kuno. Namun sayangnya, kini fungsi tersebut telah tidak relevan dengan kebutuhan kalangan milenial dan perkembangan jaman, sehingga museum menjadi kurang diminati masyarakat.
Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki nilai sejarah dan warisan budaya yang penting. Pada awal berdirinya, bangunan ini merupakan Kantor Pengadilan Belanda, Asrama Militer Jepang, Kantor Walikota, dan saat ini menjadi museum dimana termasuk dalam bangunan cagar budaya, yang tidak diperbolehkan untuk dibongkar dan diubah bentuknya.
Akhir-akhir ini, Museum Seni Rupa dan Keramik telah mengalami beberapa kali perubahan yang mana tidak sesuai dengan standar revitalisasi bangunan heritage. Misalnya selasar di area courtyard yang awalnya, ketika jaman Belanda, berfungsi sebagai penghubung ruang diabaikan saat bangunan ini menjadi museum, pengembalian fungsi selasar inilah yang menjadi salah satu cara dalam merevitalisasi museum ini.
Dalam rangka mencapai visi dan misi museum saat ini, maka Arsitek Arch.Dipl.Ing. Cosmas D. Gozali, IAI, HDII dari Atelier Cosmas Gozali melakukan revitalisasi ruang dalam dan tata pamer agar museum dapat menjadi ruang publik sebagai tujuan wisata, riset dan pembelajaran, dengan menambah atau merubah fungsi ruang sebagai ruang komunal, workshop, ruang interaktif serta spot-spot yang instagrammable.
Prinsip revitalisasi, dimana tidak merusak dan mengganggu bangunan eksisting, diaplikasikan dalam pembuatan dinding panel dengan sistem struktur spiderwebbed yang saat pelaksanaan di lapangan tidak memerlukan pengelasan dan tidak menyentuh bangunan heritage. Panel tersebut dibuat modular dan moveable, dimana sangat memperhatikan kondisi asli bangunan, seperti letak jendela dan pintu, sehingga pengaturan tata pamer museum lebih fleksibel dengan tidak menutupi bukaan yang ada, serta strukturnya yang dapat berdiri sendiri dimanfaatkan sebagai tempat tracking lampu.
Selain itu, alur pengunjung yang sebelumnya linear diubah menjadi bentuk comb circuit untuk memaksimalkan ruang serta mengembalikan fungsi selasar sebagai penghubung ruang dan juga area pamer.
Kecintaan Arsitek akan dunia seni berpengaruh dalam pemilihan material salah satunya adalah dengan penggunaan lampu spotlight LED 2700K untuk memunculkan warna asli karya dan tidak merusak lapisan lukisan serta penggunaan warna netral seperti warna abu-abu dan merah pada panel, selain untuk membedakan antara dinding bangunan lama dan baru juga untuk memberikan kesan kontemporer pada bangunan serta menonjolkan karya seni yang dipajang.
Elemen modern dan high technology juga diaplikasikan dalam perancangan ruang dalam, seperti penggunaan sensor bluetooth pada lampu yang mengurangi pemakaian daya listrik sehingga menambah nilai sustainable bangunan heritage ini serta penggunaan teknologi kekinian berupa augmented reality dan photobooth yang tentu menjadi salah satu daya tarik bagi generasi millennial.
Secara keseluruhan melalui proyek Revitalisasi Interior Museum Seni Rupa dan Keramik ini, Arsitek ingin mengubah persepsi publik terutama generasi muda bahwa museum bukan sekedar sebagai tempat penyimpanan barang atau koleksi kuno namun juga sebagai destinasi pembelajaran melalui pengalaman interaktif dan hiburan yang menarik, tempat kekinian yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat, bukan hanya pecinta seni.
Project name: The Museum of Fine Arts and Ceramics
Project location: Jl. Pos Kota No 2, Pinangsia, Taman Sari, West Jakarta 11110
Architecture Office: Atelier Cosmas Gozali
Principal Architect: Arch.Dipl.Ing. Cosmas D. Gozali, IAI, HDII
Images: Doc. Atelier Cosmas Gozali